Friendster News

Belgia Bermasalah di Lini belakang, Italia Tak sempurna di lini tengah

INFO SEPUTAR BOLA




Salah satu pertandingan di Piala Eropa 2016 yang paling di tunggu pada matchday pertama adalah Belgia Vs Italia yang akan berlangsung Di Stadion a Parc Olympique Lyonnanis tersebut di gelar selasa 14juni 2016 dini hari WIB

Italia merupakan kekuatan tradisional sepakbola Eropa Di Piala Dunia Skuat berjuluk Gli Azzuri ini berhasil meraih empat trofi, Sementara di Piala Eropa Meski hanya sekali meraih Juara, Tercatat Italia dua kali berstatus Runner Up turnamen dan dua kali lainnya terhenti di babak semifinal 

Sementara itu di kubu Belgia bukan catatan tahun 1972 dan 1980 di mana mereka menempati peringkat ketiga dan kedua Piala Eropa yang membuat mereka dinantikan selain penampilan perdana usai 16 tahun tak berlaga di Piala Eropa skuat Belgia saat ini di juluki ''Golden Generation'' karena para pemain muda berbakat

Atasi kedua hal di ataslah laga ini menarik untuk dinantikan namun kedua kesebelasan menghadapi masalah yang cukup pelik sebelum Piala Eropa ini digelar yang bisa menghambat merka untuk menampilkan permainan terbaik

Masalah di lini belakang Belgia 

Belgia lolos ke babak grup  Piala Eropa dengan catatan mengesankan dengan sembilan kemenagan dan hanya menelan satu kekalahan dari 10 pertandingan di babak kualifikasi , Total ada 23 gol yang mereka cetak merupakan yang kelima terbanyak.

Lini erang Belgia memang memilii pemain-pemain muda dengan kemampuan di atas rata-rata Romelu lukaku, Michy Basthuayl, Divock Origi, dan Christian Benteke, adalah para pemain di lini serang belgia yang menbar terror bagi libni pertahan lawan

Para pemain depan tersebut cukup leluasa menyerang karena adanya gelandang-gelandang tipe petarung seperti Alex Witsel, Radja Nainggolan, Moussa Dembele, hingga Marouane Fellaini. Belum lagi, bantuan dari lini kedua seperti Eden Hazard, Kevin De Bruyne, Yannick Carrasco, dan Dries Mertens, akan membuat aliran serangan Belgia begitu membahayakan.

Lini serang Belgia memang cukup menjanjikan. Banyak pengamat yang menyebut lini pertahanan Italia pun bisa dibuat kewalahan oleh para pemain di atas. Beberapa nama yang tengah on fire seperti De Bruyne dan Carrasco, masih akan melanjutkan penampilan gemilangnya melawan Italia.

Namun, masalah hadir di lini pertahanan. Masalah lahir berkat cederanya dua bek utama Belgia, yakni sang kapten, Vincent Kompany, dan Nicolas Lombaerts. Keduanya bek senior ini menjadi palang pintu terakhir Belgia yang hanya kebobolan lima gol sepanjang 10 pertandingan babak kualifikasi.

Kehilangan keduanya jelas sangat berarti bagi Belgia. Di babak kualifikasi, keduanya diduetkan sebanyak sembilan kali. Karenanya jumlah kebobolan yang hanya lima gol merupakan buah dari kokohnya lini pertahanan Belgia bersama Kompany dan Lombaerts.

Kompany sendiri sudah mulai absen karena cedera sepanjang 2016. Sementara Lombaerts baru mendapatkan cedera jelang Piala Eropa bergulir. Bagi Wilmots, ia harus menemukan formula yang tepat untuk menambal kekosongan yang ditinggalkan Kompany dan Lombaerts.

Sejumlah pemain coba dipasang sebagai bek tengah. Selain memasang dua full-back utama menjadi bek tengah, Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld, Wilmots memanggil pemain debutan berusia 30 tahun dalam diri Laurent Ciman. Bahkan bek muda berusia 20 tahun, Jason Denayer, tak luput dari usaha Wilmots menambal krisis di posisi bek tengah.



ebenarnya masih ada nama bek tengah senior, yakni Thomas Vermaelen. Namun, bek Barcelona tersebut diragukan tampil pada pertandingan melawan Italia karena mengalami cedera. Ini yang membuat Wilmots terus memutar otaknya pada dua laga uji tanding Belgia sebelum Piala Eropa digelar.

Wilmots sempat bereksperimen dengan meninggalkan pakem 4-3-3 andalannya dengan memasang formasi dasar 3-4-3 pada laga melawan Swiss. Namun skema empat bek kembali dicoba pada laga uji tanding melawan Finlandia dan Norwegia. Meski berhasil tak terkalahkan, catatan empat kali kebobolan dari tiga pertandingan tetap menjadi sorotan, apalagi Belgia nyaris kalah saat menghadapi Norwegia sebelum membalikkan keadaan menjadi 3-2.

"Lini pertahanan tak bisa dibangun dalam tiga hari," ujar Wilmots usai anak asuhnya menghadapi Norwegia. Wilmots memang patut khawatir dengan penampilan lini pertahanannya kala itu. Jordan Lukaku yang ditempatkan di sisi kiri pertahanan melakukan beberapa kesalahan yang membuatnya tak puas.

Meskipun begitu, Jordan sepertinya masih akan menjadi pilihan utama pada laga melawan Italia. Vertonghen yang biasanya menempati sisi kiri, akan diplot sebagai bek tengah, menemani Denayer yang minim pengalaman. Alderweireld tetap menghuni sisi kanan pertahanan.

Italia Yang Belum Temukan Komposisi Terbaik

Melihat Belgia yang memiliki masalah di lini pertahanan, Italia jelas bisa menganggapnya sebagai keuntungan. Hanya saja masalahnya, Italia pada Piala Eropa kali ini pun bukan tanpa gangguan. Gangguan yang dihadapi Italia saat ini bahkan bisa mengganggu daya serang mereka pada Piala Eropa kali ini.

Italia memang memuncaki Grup F pada babak kualifikasi. Namun dari 10 pertandingan, meski meraih tujuh kemenangan dan tiga kali seri, mereka hanya mampu mencetak 16 gol. Jumlah tersebut kalah dari Kroasia yang menempati peringkat kedua dengan 20 gol.

Italia selalu kesulitan dalam meraih kemenangan. Menghadapi Malta yang notabene kekuatannya jauh di bawah Italia, Italia hanya menang dengan skor tipis 1-0 pada dua pertemuan. Satu kemenangan atas Azerbaijan, Norwegia, dan Bulgaria, pun diraih dengan skor tipis 1-0 atau 2-1.

Dari sini terlihat bahwa lini serang Italia memang tak menunjukkan penampilan menjanjikan. Pencetak gol terbanyak diraih Graziano Pelle hanya dengan mencetak tiga gol. Di bawahnya ada nama Citadin Eder, Antonio Candreva dan Giorgio Chiellini masing-masing mencetak dua gol.



Masalah Italia bisa jadi terdapat di lini tengah. Cederanya Marco Verratti dan Claudio Marchisio mengurangi pemain kreatif di lini tengah. Ini yang membuat pelatih Italia, Antonio Conte, membongkar pasang pemain dan formasi sepanjang babak kualifikasi dan uji tanding.

Di babak kualifikasi, Marchisio hanya bermain tiga kali, sementara Verratti hanya bermain empat kali. Padahal keduanya merupakan pemain penting dalam sistem permainan Conte yang mengandalkan formasi dasar 3-5-2.

Cederanya Marchisio dan Verratti kemudian disikapi dengan perubahan formasi dasar menjadi 3-4-3, 4-3-3 dan 4-4-2. Hasilnya tak terlalu memuaskan, bahkan Italia dikalahkan Belgia pada uji tanding dengan skor 1-3 di mana kala itu Italia menggunakan formasi dasar 4-4-2.

Sejumlah nama coba dipasang Conte di tengah untuk menggantikan kehilangan Verratti dan Marchisio. Namun dari nama-nama seperti Riccardo Montolivo, Jorginho, Marco Benassi, Roberto Soriano, Giacomo Bonaventura, dan Andrea Bertolacci, tak ada yang mampu menggantikannya sehingga para pemain tersebut tak dibawa Conte ke Prancis.

Atas situasi tersebut, Alessandro Florenzi yang bermain di sisi kanan kala membela AS Roma, diubah Conte untuk bermain di tengah untuk menemani Daniele De Rossi. Kemudian salah satu dari Thiago Motta, Emmanuele Giaccherini, Stefano Sturaro, dan Marco Parolo, akan berebut satu tempat tersisa di tengah.

Pekerjaan rumah besar Conte jelang hadapi Belgia memang menentukan susunan pemain di tengah. Karena untuk tembok pertahanan, Conte dipastikan akan memercayakannya pada benteng pertahanan Juventus, yaitu Giorgio Chiellini, Leonardo Bonucci, dan Andrea Barzagli. Jangan lupakan pula sang kapten Italia dan Juventus, Gianluigi Buffon, di bawah mistar gawang.

Untuk lini depan, nama Pelle tampaknya masih akan menjadi pilihan utama. Eder yang mencetak dua gol bisa tergeser posisinya oleh Immobile yang tampil impresif di tahun 2016 bersama Torino. Untuk Simone Zaza, ia tampaknya akan lebih sering diturunkan sebagai super sub, sebagaimana peran yang ia mainkan di Juventus.


Laga antara Belgia menghadapi Italia merupakan laga terpenting bagi kedua kandidat terkuat penguasa Grup E ini. Namun keduanya memiliki masalah yang bisa mengganggu penampilan mereka saat keduanya bersua pada laga pertama Grup E.

Tanpa Kompany dan Lombaerts, lini pertahanan Belgia akan jadi kelemahan ketika mereka memiliki keunggulan di lini serang. Sementara bagi kubu Italia, mereka tentunya berharap absennya Marchisio dan Verratti tak akan terlalu mengurangi kekuatan di lini tengah.

Laga ini tak akan seperti laga uji tanding pada 13 November 2015 di mana Belgia menaklukkan Italia dengan skor 3-1. Italia, meski memiliki masalah di lini tengah, memiliki pertahanan kokoh, di mana pada dua laga terakhir uji tanding tak kebobolan. Sementara Belgia masih memiliki PR di lini pertahanan. Meski hasil imbang memungkinkan, Italia tampaknya bisa menggungguli Belgia dengan skor tipis pada laga pertama mereka.




Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar